Positif dan Negatif Wanita Karir
Wanita karir dalam problematikanya terjadi pro dan kontra,
dalam pandangan islam, seorang wanita/muslimah diperbolehkan untuk berkarir
dengan ketentuan-ketentuan yang ditentukan, sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman bahwa dalam islam wanita dilarang untuk mengemban amanah lain
selain mengurus rumah tangga, Islam pun membenarkan dan memperbolehkan adanya
Wanita/Muslimah yang berkarir.
Berikut
peninjauan sisi positif dan negatif hadirnya Wanita Karir, dimana jika muncul
sesuatu yang positif pasti selalu dibarengi dengan sisi negatif, yang perlu
diketahui oleh setiap muslimah yaitu permasalahan mudarat dan manfaatnya, jika
Berkarir lebih mencondongkan kemudaratan, maka hendaklah wanita/muslimah
tersebut tinggal di dalam rumah, namun jika lebih banyak Manfaatnya maka
diperbolehkan dalam Islam seorang wanita/muslimah untuk berkarir.
Dampak
Positif Wanita Karir
Terhadap
kondisi ekonomi keluarga
Dalam
kehidupan manusia kebutuhan ekonomi merupakan kebutuhan primer yang dapat
menunjang kebutuhan yang lainnya. Kesejahteraan manusia dapat tercipta manakala
kehidupannya ditunjang dengan perekonomian yang baik pula. Dengan berkarir,
seorang wanita tentu saja mendapatkan imbalan yang kemudian dapat dimanfaatkan
untuk menambah dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Pratiwi
Sudamona mengatakan bahwa pria dan wanita adalah “Mitra Sejajar” dalam
menunjang perekonomian keluarga. Dalam konteks pembicaraan keluarga yang
modern, wanita tidak lagi dianggap sebagai mahluk yang semata-mata tergantung
pada penghasilan suaminya, melainkan ikut membantu berperan dalam meningkatkan
penghasilan keluarga untuk satu pemenuhan kebutuhan keluarga yang semakin
bervariasi.
Sebagai
Pengisi Waktu
Pada
zaman sekarang ini hampir semua peralatan rumah tangga memakai teknologi yang
mutakhir, khususnya di kota-kota besar. Sehingga tugas wanita dalam rumah
tangga menjadi lebih mudah dan ringan. Belum lagi mereka yang menggunakan jasa
pramuwisma (pembantu rumah tangga), tentu saja tugas mereka di rumah akan menjadi
sangat berkurang. Hal ini bisa menyebabkan wanita memiliki waktu luang yang
sangat banyak dan seringkali membosankan. Maka untuk mengisi kekosongan
tersebut diupayakanlah suatu kegiatan yang dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka.
Diungkapkan
oleh Abdullah Wakil bahwa kemudahan-kemudahan yang didapat wanita dalam
melakukan tugas rumah tangga, telah menciptakan peluang bagi mereka untuk
leluasa mencari kesibukan diluar rumah, sesuai dengan bidang keahliannya supaya
dapat mengaktualisasikan dirinya di tengah-tengah masyarakat sebagai wanita
yang aktif berkarya.
Peningkatan
sumber daya manusia
Kemajuan
teknologi di segala bidang kehidupan menuntut sumber daya manusia yang
potensial untuk menjalankan teknologi tersebut. Bukan hanya pria bahka
wanitapun dituntut untuk bisa dapat mengimbangi perkembangan teknologi yang
makin kian pesat.
Jenjang
pendidikan yang tiada batas bagi wanita telah menjadikan mereka sebagai sumber
daya potensial yang diharapkan dapat mampu berpartisipasi dan berperan aktif
dalam pembangunan, serta dapat berguna bagi masyarakat, agama, nusa dan
bangsanya.
Percaya
diri dan lebih merawat penampilan
Biasanya
seorang wanita yang tidak aktif di luar rumah akan malas untuk berhias diri,
karena ia merasa tidak diperhatikan dan kurang bermanfaat. Dengan berkarir,
maka wanita merasa dibutuhkan dalam masyarakat sehingga timbullah kepercayaan
diri. Wanita karir akan berusaha untuk memercantik diri dan penampilannya agar
selalu enak dipandang. Tentu hal ini akan menjadikan kebanggaan tersendiri bagi
suaminya, yang melihat istrinya tampil prima di depan para relasinya.
Dampak negatif Wanita Karir
Diantara
dampak negatif yang ditimbulkan, antara lain:
Terhadap
Anak
Seorang
wanita karir biasanya pulang ke rumah dalam keadaan lelah setelah seharian
bekerja di luar rumah, hal ini secara psikologis akan berpengaruh terhadap
tingkat kesabaran yang dimilikinya, baik dalam menghadapi pekerjaan rumah
tangga sehari-hari, maupun dalam menghadapi anak-anaknya. Jika hal itu terjadi
maka sang Ibu akan mudah marah dan berkurang rasa pedulinya terhadap anak.
Survey yang dilakukan di negara-negara Barat menunjukkan bahwa banyak anak
kecil yang menjadi korban kekerasan orangtua yang seharusnya tidak terjadi
apabila mereka memiliki kesabaran yang cukup dalam mendidik anak.
Hal
lain yang lebih berbahaya adalah terjerumusnya anak-anak kepada hal yang
negatif, seperti tindak kriminal yang dilakukan sebagai akibat dari kurangnya
kasih sayang yang diberikan orangtua, khususnya Ibu terhadap anak-anaknya.
Terhadap
Suami
Di
kalangan para suami wanita karir, tidaklah mustahil menjadi suatu kebanggaan
bila mereka memiliki istri yang pandai, aktif, kreatif, dan maju serta
dibutuhkan masyarakat, Namun dilain sisi mereka mempunyai problem yang rumit
dengan istrinya. Mereka juga akan merasa tersaingi dan tidak terpenuhi
hak-haknya sebagai suami. Sebagai contoh, apabila suatu saat seorang suami
memiliki masalah di kantor, tentunya ia mengharapkan seseorang yang dapat
berbagi masalah dengannya, atau setidaknya ia berharap istrinya akan
menyambutnya dengan wajah berseri sehingga berkuranglah beban yang ada. Hal ini
tak akan terwujud apabila sang istri pun mengalami hal yang sama. Jangankan
untuk mengatasi masalah suaminya, sedangkan masalahnya sendiripun belum tentu
dapat diselesaikannya. Apabila seorang istri tenggelam dalam karirnya, pulang
sangat letih, sementara suaminya di kantor tengah menghadapi masalah dan ingin
menemukan istri di dalam rumah dalam keadaan segar dan memancarkan senyuman
kemesraan, tetapi yang ia dapatkan hanyalah istri yang cemberut karena
kelelahan. Ini akan menjadi masalah yang runyam dalam keluarga.
Kebanyakan
suami yang istrinya berkarir merasa sedih dan sakit hati apabila istrinya yang
berkarir tidak ada di tengah-tengah keluarganya pada saat keluarganya
membutuhkan kehadiran mereka. Juga ada keresahan pada diri suami, khususnya
pasangan-pasangan usia muda karena mereka selalu menunda kehamilan dan menolak
untuk memiliki anak dengan alasan takut mengganggu karir yang tengah dirintis
olehnya.
Terhadap
Rumah Tangga
Kemungkinan
negatif lainnya yang perlu mendapat perhatian dari wanita karir yaitu rumah
tangga. Kegagalan rumah tangga seringkali dikaitkan dengan kelalaian seorang
istri dalam rumah tangga. Hal ini bisa terjadi apabila istri tidak memiliki
keterampilan dalam mengurus rumah tangga, atau juga terlalu sibuk dalam
berkarir, sehingga segala urusan rumah tangga terbengkalai. Untuk mencapai
keberhasilan karirnya, seringkali wanita menomorduakan tugas sebagai ibu dan
istri. Dengan demikian pertengkaran bahkan perpecahan dalam rumah tangga tidak
bisa dihindarkan lagi.
Terhadap
Masyarakat
Hal
negatif yang ditimbulkan oleh adanya wanita karir tidak hanya berdampak
terhadap keluarga dan rumah tangga, tetapi juga terhadap masyarakat sekitarnya,
seperti hal-hal berikut:
Dengan
bertambahnya jumlah wanita yang mementingkan karirnya di berbagai sektor
lapangan pekerjaan, secara langsung maupun tidak langsung telah mengakibatkan
meningkatnya jumlah pengangguran di kalangan pria, karena lapangan pekerjaan
yagn ada telah diisi oleh wanita. Sebagai contoh, yang sering kita lihat di
pabrik-pabrik. Perusahaan lebih memilih pekerja dari kalangan wanita ketimbang
pria, karena selain upah yang relatif minim dan murah dari pria, juga karena
wanita tidak terlalu banyak menuntut dan mudah diatur.
Kepercayaan
diri yang berlebihan dari seorang wanita karir seringkali menyebabkan mereka
terlalu memilih-milih dalam urusan perjodohan. Maka seringkali kita lihat
seorang wanita karir masih hidup melajang pada usia yang seharusnya dia telah
layak untuk berumah tangga bahkan memiliki keturunan. Selain itu banyak pria
yang minder atau enggan untuk menjadikan wanita karir sebagai istri mereka
karena beberapa faktor; Seperti pendidikan wanita karir dan penghasilannya yang
seringkali membuat pria berpikir dua kali untuk menjadikannya sebagai
pendamping hidup. Sementara itu dilain sisi pria-pria yang menjadi dambaan para
wanita karir ini -kemungkinan karena terlalu tinggi kriterianya- telah lebih dulu
berkeluarga dan membina rumah tangga dengan wanita lain. Hal inilah mungkin
yang menyebabkan timbulnya anggapan dalam masyarakat bahwa “Semakin tinggi
jenjang pendidikan yang dapat diraih oleh wanita maka semakin sulit pula
baginya untuk mendapatkan pendamping hidup.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar